Sejak dimulainya gerakan kebangkitan rakyat Mesir melawan rezim Presiden Hosni Mubarak, Bundaran Tahrir, di Kairo, menjadi saksi tekad, semangat, dan keberanian para demonstran, serta kekerasan aparat keamanan Mesir dalam upaya menumpas kebangkitan rakyat.Nyaris seluruh laporan dari Mesir khususnya di Bundaran Tahrir, Kairo, berkaitan dengan perkembangan demonstrasi dan tarik ulur antara masyarakat dan rezim berkuasa. Namun jarang sekali muncul liputan mengenai kondisi seputar Bundaran Tahrir. Kali ini kantor berita Fars, meliput sisi lain dari aktivitas warga Mesir di Bundaran Tahrir.
Puluhan ribu orang berdemonstrasi di Bundaran Tahrir menuntut pengunduran diri rezim Mubarak. Setelah 16 hari demonstrasi, alun-alun pusat Kairo itu tidak pernah lengang. Bagaimana mungkin? Selain tekad besar untuk menggulingkan rezim Mubarak, ternyata para demonstran bukan hanya berdemonstrasi di Bundaran Tahrir, melainkan mereka tetap melanjutkan hidup di sana. Dengan mendirikan tenda-tenda, mereka tidur, makan, shalat, dan kemudian meneriakkan yel-yel anti-Mubarak. Dengan koordinasi ala kadarnya, para demonstran bersama-sama memasak dan berbagi. Semangat kebersamaan dan persatuan sangat terasa di Bundaran Tahrir. Warga, baik yang beragama Kristen maupun Islam, bersama-sama dan bahu-membahu mendesak rezim Mubarak segera turun. Di dalam tenda-tenda kecil yang didirikan di Bundaran Tahrir, tidak ada makanan atau minuman yang berbeda, semuanya sama dan dinikmati bersama-sama. (IRIB/MZ)
|
No comments:
Post a Comment