Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Sulistyo Ishak (kanan) bersama Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta Media Crisis Center, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/7). Dalam keterangannya ia mengharapkan kepada semua pihak terutama media agar bersabar menunggu hasil penyelidikan dari Polri dan mengimbau untuk bisa menahan diri serta tidak berspekulasi mengenai peristiwa bom bunuh diri di Mega Kuningan.
JAKARTA, KOMPAS.com- Pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia hingga Senin (20/7) petang ini belum membenarkan informasi bahwa N, warga Temanggung, Jawa Tengah, merupakan salah satu pelaku peledakan bom bunuh diri di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta.
"Info itu belum dapat dibenarkan. Sampai hari ketiga ini, tim dari Mabes Polri masih menyelidiki pelaku aksi bom bunuh diri itu," kata Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Sulistyo Ishak kepada wartawan di Jakarta, Senin (20/8).
Ia juga menegaskan bahwa sejauh ini Polri belum mengeluarkan pernyataan resmi kebenaran N sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri, termasuk dengan foto-foto yang bersangkutan yang sempat beredar di masyarakat.
"Inisial N itu kan masih dugaan belum dapat dipastikan," katanya sambil menambahkan bahwa kepolisian juga belum menyampaikan secara resmi kepastian mengenai jenis kelamin dari pelaku ledakan bom yang menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan lainnya.
Dalam catatan Kompas.com, inisial N itu kemudian berkembang menjadi sejumlah nama. Antara lain Nur Sahid, Nur Hasbi, Nur Said. Terakhir, mertua Nur yang tinggal di Klaten menyebut nama Nur Said atau Nur Hasbi. Nur dan istrinya yang diketahui tinggal di Semarang diakui sangat jarang pulang ke Klaten.
Meski titik terang tentang siapa dan dari kelompok mana pelaku bom bunuh diri tersebut belum terungkap, Sulistyo mengatakan, tidak tertutup kemungkinan adanya keterlibatan jaringan atau kelompok Noordin M. Top dalam aksi keji itu.
Indikasi itu menurut dia, terlihat dari kesamaan bahan peledak yang berada di Cilacap, milik jaringan Noordin dengan yang berada di JW Mariot dan Ritz Charlton. "Ada kesamaan tapi belum tentu jaringan yang sama," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri, Irejn Nanan Soekarna mengatakan, Polri tidak akan menyampaikan kesimpulan apapun sebelum semuanya jelas, didukung oleh fakta/data yang valid/objektif serta dapat dipertanggung-jawabkan baik secara hukum maupun ilmiah.
Pernyataan ini untuk mengantisipasi kemungkinan adanya isu atau informasi yang menyesatkan dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan kaitannya dengan dua ledakan hebat di dua hotel mewah itu.
Semua pihak dihimbau untuk dapat menahan diri tidak memublikasikan berbagai spekulasi yang hanya akan membingungkan publik. "Jangan berandai-andai dan termakan isu yang tidak jelas," ujarnya.
Dia juga meminta kepada semua pihak untuk bersabar dan diharapkan ikut membantu memberikan informasi ke Penyidik Polri bila mendapatkan atau mempunyai informasi yang sekiranya berguna untuk mengefektifkan proses penyidikan. "Silahkan masyarakat menginformasikan kepada kami ke kontak komunikasi dan informasi di nomor 081382739874, 081382739875, 081382739876," ujar Nanan.
Tragedi ledakan di dua hotel tersebut, menyebabkan sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka. Banyak diantara korban adalah warga negara asing. Tim Dokter Forensik RS, Soekanto Kramatjati menyebutkan dari sembilan korban tewas, lima jenazah sudah berhasil terdientifikasi sedangkan empat lainnya masih dalam proses.
Ke-lima jenazah yang telah teridentifikasi itu antara lain Evert Mokodompis (WNI), Timothy D. Mackay (New Zeland), Senger Craig Andrew (Australia), Mcevoy Garth Rupert John (Australia) dan Verity Nathan John (Australia).
Sedangkan korban yang masih dirawat di beberapa rumah sakit berjumlah 12 orang. Di RS Jakarta yakni Andri, Deni Purwanto, Dikdik Ahmad Taufik dan Bambang Trianto. Di RS Pertamina Dadang Hidayat. Sementara di RS MMC tujuh orang, Andrew Stuart Cobham (Kanada) Giovani Me Suhardi, I Gusti Agung Ray, Marico Asmarawati, Oki Utomo. Sudargo dan Yurike Martiningrum dan Yusuf Purnomo.
Tuesday, July 21, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment