Kejahatan Rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdosa Palestina telah berlangsung lama. Baik dunia Islam maupun masyarakat internasional hingga saat ini masih belum mampu membebaskan bangsa tertindas ini dari penderitaannya. Kejahatan yang nyata-nyata dilakukan oleh Israel hanya mendapat kecaman tanpa adanya upaya menindaklanjutinya.
Penjajah senantiasa melakukan tindakan kejahatan, namun ketika penjajah mendapat dukungan internasional maka ia akan melakukan berbagai kejahatan dan pengerusakan serta tindakan semena-mena lainnya terhadap bangsa yang ia jajah. Kondisi ini kita akan mendapatkannya pada Israel. Rezim Zionis yang menjajah Palestina pada tahun 1948 mulai melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina dan mengusir ratusan ribu warga negara ini.
Sejak saat itu, Israel dengan brutal berupaya memadamkan seruan rakyat Palestina yang menuntut haknya. Dalam usahanya untuk mengintimidasi bangsa Palestina, Israel tak segan-segan melakukan berbagai tindakan keji seperti pembantaian massal, membunuh wanita dan anak-anak, teror dan menangkap warga serta menyiksanya.
Di sisi lain, sikap bungkam organisasi internasional, dukungan Barat terhadap kejahatan Israel serta tindakan mereka yang memakai lembaga dunia untuk menjustifikasi kebrutalan Tel Aviv membuat rezim Zionis kian berani melakukan berbagai kejahatan baru. Baru-baru ini, Koran Aftonbladet, Swedia dalam makalahnya membongkar tindakan keji serdadu Israel terhadap warga Palestina. Mereka bukan hanya terhadap warga Palestina yang masih hidup melakukan tindakan sewenang-wenang, bahkan jenazah mereka pun tak luput dari tindakan aniaya pihak Zionis. Serdadu Israel menurut sumber ini telah melakukan pencurian terhadap organ tubuh warga Palestina dan menjualnya.
Perilisan berita ini bersamaan dengan terbongkarnya sebuah jaringan penyeludupan organ tubuh manusia di AS. Anehnya anggota sindikat tersebut adalah para Rabi Yahudi. Menurut mingguan The American Free Press, sindikat tersebut hanya bagian kecil dari ancaman dunia terkait penyelundupan organ manusia yang berpusat di Palestina pendudukan dan dibiayai oleh Lembaga Keselamatan Nasional Israel.
The American Free Press malah menegaskan bahwa di seluruh dunia anak-anak yang berada di bawah perlindungan program penyelamatan anak yatim mendapat perlakuan keji. Koran ini menyatakan bahwa anak-anak tersebut diculik dan setelah organ penting tubuhnya diambil kemudian jenazahnya dibakar. Tindakan di luar prikemanusiaan ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah biasa melakukan kejahatan dan tindakan kejam lainnya. Di sisi lain, seorang veteran perwira Israel yang didakwa melakukan penyelundupan organ manusia mengaku bahwa Israel memanfaatkan organ tersebut untuk pasien mereka dan seluruh biaya transaksi dengan sindikat penyelundup dibiayai oleh lembaga keselamatan nasional Israel. Hal ini diungkapkannya dalam persidangan di pengadilan Brazil.
Setelah terbongkarnya sindikat kaum Rabi Yahudi yang menyelundupkan organ manusia, Wartawan Koran Aftonbladet, Donald Bostrom kemudian mencetak makalahnya terkait hal ini. Informasi yang dimiliki Bostrom terkait kekejian Israel sebelumnya ia tulis dalam sebuah buku. Dalam makalahnya yang bertajuk "Mereka Mencuri Organ Tubuh Anak-anak Kita" Bostrom menulis, Israel menculik pemuda Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Setelah membunuh pemuda tersebut dan mengambil organ tubuhnya kemudian Israel menyerahkan jenazah para pemuda Palestina kepada keluarganya. Menurut Bostrom, tindakan keji ini dilakukan atas perintah mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert sejak awal 1990. Namun yang benar adalah Israel telah melakukan pencurian organ tubuh warga Palestina sejak Intifadah pertama tahun 1988.
Bostrom menekankan, ia telah melakukan wawancara terhadap 20 keluarga syuhada Palestina yang menegaskan bahwa kemungkinan Israel melakukan pencurian terhadap organ tubuh para syuhada sangat besar. Bostrom mengaku menyaksikan sendiri kasus pencurian ini. Dalam makalahnya ia menyebutkan nama pemuda yang menjadi korban kebuasan Israel. Ia menulis Bilal Ahmed Ghanem adalah pemuda Palestina yang dilukai serdadu Israel pada tahun 1992 dan diangkut ke tempat yang tak diketahui serta jenazahnya kemudian diserahkan serdadu Israel kepada keluarganya. Pada saat penyerahan tersebut di tubuh Ghanem di bagian perut terlihat sebuah jahitan. Tak hanya sampai di situ, serdadu Israel malah meminta uang sebesar 1300 dolar karena telah mengembalikan jenazah Ghanem. Bostrom saat itu sempat mengambil gambar dari tubuh Ghanem dan mempublikasikannya.
Bilal Ahmed Ghanem bukan satu-satunya korban penjualan organ tubuh manusia. Khaled dan Raed dua syuhada Palestina lainnya juga mengalami hal serupa. Dalam wawancaranya dengan Bostrom, keluarga Khaled dan Raed menekankan bahwa Israel mencuri organ tubuh anak-anak mereka. Mereka juga menegaskan bahwa Israel meminta tebusan atas jenazah Khaled dan Raed. Saudara seorang anak perempuan Palestina yang berusia 15 tahun menekankan, serdadu Israel membawa saudarinya yang tengah terluka dan kemudian menyerahkan jenazahnya dalam keadaan organ tubuhnya kosong.
Rabi Rozenbaum di AS yang didakwa melakukan praktek penjualan ginjal orang-orang Palestina telah ditangkap dan mengaku membeli ginjal tersebut di Palestina pendudukan dengan harga dua ribu dolar dan kemudian menjualnya di AS dengan harga 160 ribu dolar. Fenomena ini menunjukkan bahwa Israel tengah menjalankan siasat keji terhadap rakyat Palestina yang hingga kini dampaknya masih belum jelas. Meski demikian, seperti yang sudah-sudah Israel tetap membantah laporan Koran Aftonbladet. Israel juga tak malu-malu menuntut permintaan maaf koran ini.
Donald Bostrom dalam wawancaranya dengan Press TV menekankan, makalahnya ia tulis berdasarkan kesaksiannya sendiri dan pernyataan anggota keluarga korban. Tudingan Israel terhadap Koran Aftonbladet adalah tudingan seperti biasanya yaitu anti-Yahudi. Para pemimpin Israel senantiasa menampilkan setiap kritik atas kejahatan Rezim Zionis sebagai permusuhan terhadap rezim ini. Rezim Zionis juga tak segan-segan memaksa penentangnya untuk diam.
Direksi Koran Aftonbladet, Jen Hellin dalam reaksinya atas tuntutan pemimpin Israel mengatakan, "Saya sangat menyesalkan sikap petinggi Israel yang berusaha menghapus masalah ini dengan menyebarkan klaim tak berdasar serta propaganda menggelikan dan membesar-besarkan isu anti-zionis. Makalah ini sepenuhnya bukan anti-Yahudi, namun hanya mengungkap tindakan keji serdadu Israel". Meski demikian, Israel ternyata tidak berhenti sampai di situ. Rezim penjajah ini kemudian menuding pemerintah Swedia terlibat dalam masalah ini. Sikap tegas pemerintah Swedia yang menolak meminta maaf kepada Israel membuat Tel Aviv untuk sementara menunjukkan sikap yang lunak. Pemerintah Swedia menyebut kasus Koran Aftonbladet adalah salah satu dari masalah kebebasan pers.
Di balik sikap lunak Israel ternyata rezim ini melakukan tindakan balasan dengan melarang masuknya wartawan Koran Aftonbladet ke Jalur Gaza. Berdasarkan jajak pendapat sebuah koran Swedia, 65 persen warga negara ini menolak pemerintahannya menyampaikan permintaan maaf kepada Israel. Meski Koran Aftonbladet demi memperlihatkan tugasnya sebagai media dengan membongkar sejumlah kecil kejahatan Israel terkait penjualan organ tubuh warga Palestina oleh Israel, namun seperti biasanya media massa Barat tidak mereaksi berita penting ini.
Media massa Barat memiliki kebijakan sendiri dengan tidak meliput kejahatan Israel terhadap bangsa Palestina, namun sebaliknya akan meliput luas berita yang memojokkan rakyat tertindas Palestina. Kasus penjualan organ tubuh rakyat Palestina dan warga tak berdosa lainnya di dunia ternyata juga tidak direaksi penuh oleh media negara-negara Islam dan Arab. Kini tindakan tak manusiawi Israel dapat disebut keburukan terbesar Rezim Zionis. Sampai-sampai Donald Bostrom optimis bahwa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Belanda akan menyelidiki masalah ini. Namun demikian harapan ini bisa terwujud jika negara-negara Islam juga bertindak.
Apa yang dibongkar Koran Aftonbladet adalah kejahatan Israel hingga tahun 1992. Adapun selanjutnya Israel terus melanjutkan praktek pencurian organ tubuh para syuhada Palestina. Oleh karena itu penting dibentuk komisi internasional untuk menindaklanjuti serta menyelidiki kasus ini. Komisi diharapkan mampu menyeret para petinggi Israel dan sindikat penjualan organ tubuh para syuhada Palestina ke pengadilan kriminal internasional untuk menerima ganjarannya. - Radio Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment