Pages

Sunday, August 23, 2009

Pengebom Lockerbie Dijemput Jet Khadafi

EDINBURGH (BP) - Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi, 57, satu-satunya terpidana pengeboman pesawat Pan AM penerbangan 103 di langit Lockerbie, Skotlandia, pada 21 Desember 1988, bisa menghirup kemerdekaan. Dia dinyatakan bebas oleh pengadilan Skotlandia kemarin (20/8) siang waktu setempat.

”Keadilan akan ditegakkan, tetapi kami juga menunjukkan pengampunan. Beberapa luka tidak akan bisa sembuh, bekas luka juga tidak akan bisa pudar. Bagaimanapun, sekarang al-Megrahi telah menghadapi beban (hukuman) yang lebih besar dari (pemilik) kekuatan tertinggi (Tuhan),” ujar Kenny MacAskill, Sekretaris Kehakiman Skotlandia, seperti dikutip AFP kemarin (20/8).


Pria yang sebelumnya divonis delapan tahun dari hukuman minimal 27 tahun penjara karena ulahnya menewaskan sedikitnya 270 orang itu dikabarkan akan langsung dijemput oleh jet pribadi pemimpin Libya, Moammar Khadafi. Pesawat tersebut akan menunggu al-Megrahi di bandara Prest-wick Airport, Ayrshire. Di Libya, petugas bandara militer yang berada di dekat Tripoli mengatakan kepada AFP bahwa beberapa persiapan telah dilakukan untuk menyambut kedatangan al-Megrahi. ”Dia bebas dan akan tiba di Libya dalam beberapa jam ke depan (kemarin),” kata pejabat dari kantor perdana menteri Libya.


Sementara itu istri Megrahi, Aisha saat dihubungi di rumahnya di Tripoli mengaku tidak sabar untuk segera melihat belahan jiwanya. ”Kami tidak sabar menunggu momen kedatangannya agar bisa kembali bersama. Saya harap mimpi buruk ini berakhir sekarang,” harap Aisha. Sang ibunda, Hajja Fatma, 95, yakin bahwa putranya yang diperkirakan usianya tidak akan lebih dari tiga bulan lagi karena divonis menderita kanker prostat stadium akhir itu akan segera datang. ”Saya tidak menutup pintu (rumah) sama sekali. Saya berharap dia datang dan masuk dari pintu itu,” tuturnya kepada Tripoli Post seperti dikutip Daily Mail. ”Sebelas tahun saya melewatkan waktu Ramadan tanpa bersamanya. Saya menunggu datangnya hari itu,” imbuhnya.


Proses pengambilan keputusan pembebasan al-Megrahi menuai kritik dari banyak pihak. Khususnya dari keluarga para korban bom. ”Meskipun dia sekarat dia (tetap) harus menghabiskan akhir hidupnya di penjara Skotlandia dan tidak boleh kembali ke Libya,” ujar Frank Duggan, Presiden perkumpulan korban Pan AM penerbangan 103. Tentangan juga muncul dari Amerika Serikat, yang warganya turut menjadi korban. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dengan keras menolak keputusan itu. (jpnn)

No comments:

Posting Terkini