Hari ini buron nomor wahid Densus 88, Noordin M. Top, genap berusia 41 tahun. Pria kelahiran Kluang, Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968 itu diyakini masih hidup. Bahkan, dia diduga kuat sudah menyiapkan serangan balasan atas drama penyerbuan 18 jam di Temanggung, Jawa Tengah.
”Perintahnya untuk mewaspadai serangan balasan. Biarlah tim indentifikasi bekerja, yang tertanam di benak tim adalah itu bukan Noordin, jadi kita lebih waspada,” ujar seorang perwira analis Bareskrim saat dihubungi JPNN, kemarin.
Sumber itu sedang berada di sebuah kota perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. ”Jalur keluarnya Noordin dari lokasi penggerebegan sedang dianalisa serius,” katanya menolak membeber hasil rapat marathon tim analis dan Densus 88 Mabes Polri itu.
Tim interogasi Densus 88 yang sudah tiga hari mewawancarai secara intensif Aris Susanto dan Hendra Arif Hermawan yang ditangkap di Temanggung ternyata tidak membawa hasil yang signifikan. ”Hari ini (kemarin, red) akan diinterogasi di Rutan Brimob Kelapa Dua Depok,” kata perwira kelahiran Sleman, Yogyakarta itu.
Pemindahan Aris dan Hendra dilakukan oleh tim khusus Polisi Anti Teror. Mereka dibawa dengan pengawalan superketat dari Mako Brimob Polda Yogyakarta menuju Bandara Adisucipto, lalu dengan pesawat Fokker milik Densus 88 dan mendarat di Halim
Perdanakusumah pukul 13.05.
Dari Halim, dengan pengawalan tiga mobil Aris dan Hendra dibawa ke rutan Brimob. ”Sampai sekarang belum selesai (interogasinya, red),” kata sumber yang mengaku selalu berkomunikasi dengan tim yang berada di Jakarta itu.
Polisi yakin Aris dan Hendra sudah mendapatkan materi taqiyah (menyembunyikan sesuatu dengan berpura-pura, red). ”Kami menduga mereka sengaja memancing Densus menyerbu rumah Beji, sementara Noordin menyelinap jauh,” katanya.
Metode taqiyah lazim digunakan oleh jaringan Al Qaeda di Afghanistan. Satu yang terkenal adalah metode Syekh Ibnu Al Libi yang ditangkap CIA tahun 2001. Karena pengakuan palsu Libi bahwa ada proyek rahasia di Irak, presiden George W Bush membumihanguskan bumi Saddam Husein itu. Pada tahun 2001, Libi resmi menarik pengakuan itu.
Apakah sudah sehebat itu Aris? Bukankah mereka hanya sekedar simpatisan biasa? ”Justru sangat mungkin,“ ujar perwira yang pernah kursus antiterorisme di Singapura itu. Pendidikan teknik taqiyah adalah materi awal dalam jaringan Noordin. ”Ibaratnya, itu materi basic training atau ospek ala penerimaan mahasiswa baru,” katanya.
Peneliti terorisme yang juga konsultan ahli Densus 88 Dyno Cressbon mengamini pendapat itu. ”Noordin itu tiga kali lebih cepat dari polisi,“ katanya di Jakarta kemarin. Pria yang mengaku sudah melihat foto jasad Temanggung itu yakin kalau saat ini, sel baru binaan Noordin sudah berkonsolidasi ulang.
”Dari informasi yang saya terima, Densus mengawasi seorang bernama Romi yang diduga Noordin sejak dari Jatiasih. Tapi, itu bukan berarti Romi memang benar-benar Noordin,” katanya.
Nama Romi itu muncul dari hasil penyadapan yang dilakukan Densus 88 dengan alat Cellular Digital Interceptor. ”Harus diingat, ada satuan informan yang sudah digalang Noordin untuk melapis. Kalau satu orang tertangkap, informasi bahwa Noordin diburu itu sudah satu jam lebih cepat sampai ke telinganya sebelum polisi datang,” kata Dyno.
Lantas siapa sosok kurus yang pernah dilihat intelijen Densus 88 sedang makan di kuburan dekat rumah Moh Djahri? ”Saya menduga itu adalah utusan. Istilahnya, caraka Noordin yang diutus untuk menyiapkan tempat transit atau lokasi pelarian,” katanya.
Keluarga Pastikan Bukan Noordin
Teroris yang tewas dalam penyergapan oleh Tim Polisi Anti Teror Mabes Polri di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu pagi (8/8) lalu adalah Ibrohim alias Boim, florist hotel Ritz Carlton makin menguat. Pasalnya leluarga Noordin M. Top memastikan jasad yang diberondong peluru polisi itu bukanlah Noordin.
”Foto yang dibawa polisi (Malaysia) wajahnya sudah rusak dan tidak saya kenali. Tapi, dari postur tubuh dan tinggi badannya bisa dipastikan bahwa itu bukan Noordin,” tegas Rusdi Hamid, mertua Noordin Hamid, yang ditemui JPNN di rumahnya di Kampung Tiram, Johor, Malaysia, kemarin.
Kepolisian Malaysia, kata Rusdi, mengunjungi rumahnya Minggu malam. Mereka membawa serangkaian foto jenazah penembakan di Temanggung. Foto tersebut tidak ada kesamaan fisik dengan Noordin. Pria berjenggot itu mengatakan bahwa ciri-ciri fisik Noordin di bagian wajah.
Tapi, dia menolak memberikan kejelasan ciri-ciri tersebut. Rusdi membenarkan, foto yang disebar kepolisian Indonesia dan FBI adalah foto suami anak kelimanya tersebut. ”Kalau itu saya pastikan Noordin,” tegas dia.
Lebih lanjut Rusdi mengatakan, keluarganya dan pemerintah Kerajaan Malaysia sudah ”berdamai”. Bahkan, tiga anak Noordin kerap mendapat bantuan dari pemerintah Malaysia. Dalam bentuk uang maupun biaya sekolah.
Karena itu, dia bersedia membantu segala informasi seputar identitas Noordin. ”Anak Noordin juga belajar di sekolah umum di dekat sinikok,” katanya.
Pria yang juga guru mengaji Noordin itu menjelaskan, cap teroris yang diberikan kepada menantunya itu tidak otomatis melekat pada keluarga. Karena kejadian itu berlalu sudah cukup lama, keluarganya kini mulai kembali menemukan rasa percaya diri.
Meski begitu, sampai saat ini Siti Rohmah masih disembunyikan. ”Dia masih ada di Johor di rumah kerabat. Itu untuk melindungi privasi saja,” kata Rusdi.
Apa ada kemungkinan perwakilan keluarga datang ke Indonesia? Rusdi menyerahkan hal itu pada kepolisian dan pemerintah Indonesia. Sebab, sifat kasus itu G to G, bukan hal yang sifatnya personal. Namun, dia kembali memastikan bahwa jenazah yang disebut-sebut sebagai Noordin itu bukanlah menantunya. ”Saya siap memberikan ketegasan resmi bila dibutuhkan,” ujarnya.
”Belum bisa dipastikan Ibrohim atau siapa. Jangan katanya-katanya,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna pada wartawan kemarin.
Nanan mengaku tak menutup-nutupi hasil identifikasi jenazah Temanggung. ”Mau Noordin kek, siapa kek, kita tetap melakukan pengejaran,” kata alumnus Akpol 1978 itu. Mantan Kapolda Sumatra Utara itu menjamin polisi transparan dalam kasus ini”Tapi kalau sedang materi pengembangan penyelidikan kita tidak bisa berikan. Tolong teman-teman pahami,” katanya
Sebelumnya sumber Batam Pos yang ikut dalam penggrebekan di Temanggung, juga mengakui kemungkinan jenazah tersebut adalah Ibrohim. ”Ada beberapa bukti fisik yang lebih cenderung ke sosok Ibrohim, seperti sidik jari,” kata perwira menengah ini.
Namun, ia berharap semuanya bisa menunggu kepastian dari hasil tes DNA. ”Nanti dari tes DNA bisa diketahui pasti siapa sebenarnya,” tukasnya.
Lalu mengapa awalnya polisi menyakini itu Noordin? Menurutnya, saat penggerekan tersebut, Polisi Antiteror sempat menanyakan kepada penghuni rumah saat itu. ”Yang bersangkutan mengaku Noordin M Top. Dan itu berulang kali ia sebut. Itu menjadi keyakinan kita bahwa yang bersangkutan adalah Noordin,” ungkapnya.
Perwira yang berada di ring terdepan dalam operasi penggrebekan ini mengaku, operasi Temanggung dilakukan Polisi Antiteror yang merupakan bagian dari Satgas Bom.
Sumber JPNN di kalangan kepolisian Malaysia juga melemahkan bahwa korban adalah Noordin. Alasannya, cukup beragam. Namun, yang palingmencolok adalah lokasi yang dipilih Noordin. Daerah perbukitan dan jauh dari akses untuk melarikan diri, membuatnya tidak logis.
”Perlawanan yang diberikan juga sepertinya kurang kuat untuk membenarkan bahwa itu Noordin,” katanya.
Sementara itu, pemerintah Malaysia tidak akan mendahului keterangan yang akan diberikan kepolisian Indonesia. Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Abdul Razak, menegaskan akan menunggu hasil tes DNA. ”Perlu menunggu tes DNA. Jadi jangan terburu-buru memberikan kesimpulan bahwa lelaki itu adalah Noordin,” kata dia ketika ditemui di Johor, kemarin malam.
Najib mengimbau agar semua pihak di Malaysia menahan diri dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. ”Tunggu saja lah,” katanya.
Noordin Gandeng NII
Setelah penggerebekan, Polri menyebarkan anggota di setiap kota di timur Temanggung hingga ke Jawa Timur. Sejumlah kota menjadi base camp. Namun, yang paling utama adalah Yogyakarta. Sejumlah tim pemburu teroris bermarkas di Kota Gudeg tersebut.
Sumber JPNN mengatakan, Yogyakarta menjadi markas karena terletak di tengah-tengah. ”Menjangkau ke mana pun, di kota mana pun yang menjadi persembunyian Noordin bisa dekat,” papar sumber tersebut.
Menurut sumber itu, Noordin sebenarnya belum menginjakkan kaki di Temanggung. ”Tapi masih di sekitar Jawa Tengah dan kota di Jawa Timur yang mendekati perbatasan Jawa Tengah seperti Ngawi,” ucapnya.
Di kota-kota itu, basis NII (Negara Islam Indonesia) masih cukup kuat. Salah satu indikasinya, putra Mas Slamet Kastari, teroris pelarian dari Singapura yang ditangkap Juni lalu di Indonesia, bersekolah di sebuah sekolah yang diduga berafiliasi ke NII di Salatiga.
Sumber tersebut menambahkan bahwa dari pelacakan polisi selama ini, Noordin memang kini tengah merapat di kelompok NII. ”Terutama sejak pentolan-pentolan JI kami tangkapi semua. Satu-satunya tempat paling aman bagi Noordin adalah berlindung di balik ketiak orang-orang NII,” tutur sumber tersebut.
Persinggungan Dr Azhari dan Noordin dengan orang-orang NII sudah dimulai sejak di Poso. ”Ketika itu, hubungannya masih sebatas sesama ”berjuang” di Poso,” urainya. Kedekatan itu mudah terjadi karena NII memang tergolong ”saudara tua” JI. Pada sekitar 1993, JI terbentuk dari orang-orang NII yang sudah tidak sepakat dengan bentuk negara, dengan alasan tak realistis, karena NII sudah gagal dalam perjuangannya. ”Jadi, memang masih ada ikatan emosi yang kuat,” tambahnya.
Kerja sama terjalin lebih erat setelah Dr Azhari dan Noordin kembali ke Jawa. Ini terlihat dari peristiwa Bom Marriott 2003 dan Bom Kedutaan Australia 2004. Heri Golun, sopir sekaligus pengebom bunuh diri, adalah orang NII. Begitu pula Rois ”Otak pengeboman yang kemudian ditangkap tersebut adalah orang NII. Seiring dengan semakin habisnya JI, Noordin kemudian semakin merapat ke NII,” ujarnya.
Untuk itu, Noordin membawa ”faksi”-nya di JI yang masih setia dengannya untuk membentuk jaringan baru berdasar orang-orang muda NII. Pilihan itu cukup rasional. Sebab, semua yang dibutuhkan Noordin bisa ”dipenuhi” oleh NII. Perekrutan kader muda yang terus-menerus dan fikih jihad yang nyaris sama membuat Noordin tak sulit untuk mendapat pengikut.
Dengan sifat perekrutan NII yang sangat tertutup, banyak anggota baru yang telah dibaiat langsung memutus hubungan keluarga. ”Di Jogja dan Jawa Tengah, sering orang tua yang mengeluh, tiba-tiba anaknya ‘menghilang’,” tambahnya.
Menghilang berarti tak bisa dihubungi. Hanya si anak yang kemudian sesekali menghubungi keluarga untuk mengabarkan dirinya baik-baik saja. ”Biasanya terjadi di kalangan mahasiswa. Si anak merantau menempuh pendidikan dan tiba-tiba kemudian sudah bergabung dengan kelompok itu (NII, red). Ini sering terjadi,’ tambahnya.
Dengan pola perekrutan seperti itu, tentu saja Noordin seperti mendapat ”bahan bakar” yang tidak pernah habis. Dan polisi terus menerus kesulitan memetakan jaringan baru Noordin karena anggotanya yang terus-menerus baru. ”Kini kami melebarkan seluas mungkin pantauan kami terhadap organisasi-organisasi yang terlihat sevisi dengan JI. Karena di situlah paling mungkin Noordin bersembunyi dan terus-menerus membentuk jaringan,” tambahnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa di Jawa Timur, Noordin mempunyai jaringan yang bisa dimanfaatkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
harapan saya satu : Semoga noordin ketangkep idup2, di adili secepatnya dan semoga hukumannya hukuman mati. (ini harapannya gak satu ya?), saya mo berlibur jadi mikir nurdin jadinya, ledalaah.
Post a Comment