Detasemen Khusus 88 Antiteror mengawal ketat salah seorang dari sembilan tersangka teroris di Palembang, Sumatera Selatan, menuju tahanan Provost Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/7). Sebelumnya, kesembilan teroris dari Palembang tersebut, diterbangkan ke Jakarta dengan menggunakan pesawat milik Polisi.
YOGYAKARTA — Meski selama empat tahun terakhir tak ada peristiwa pengeboman di Indonesia, jaringan teroris terus aktif bergeliat. Buronan nomor satu, Noordin M Top, ternyata senantiasa masih dilindungi oleh anggota Jemaah Islamiyah (JI).
Hal itu menjadi kendala polisi untuk menangkapnya. Salah satu pelindung yang merupakan orang lama kepercayaan Noordin adalah Saefudin Zuhri yang akhirnya ditangkap di Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (21/6).
Hingga Selasa, polisi sudah menangkap tiga tersangka teroris di Cilacap, Lampung, dan Malang, Jawa Timur. Sejauh ini polisi tidak menemukan bom ataupun bahan peledak saat menangkap mereka.
Dari ketiganya, tersangka yang paling berperan dan diincar polisi adalah Zuhri. Zuhri adalah alumnus pelatihan militer di sebuah kamp di Afganistan dan satu angkatan dengan Ali Imron pada awal 1990. Penangkapan Zuhri merupakan rangkaian upaya polisi antiteror menelusuri jejak Noordin.
Berdasarkan informasi di kepolisian, Zuhri—yang masih menjalani interogasi intensif oleh polisi antiteror di suatu tempat—merupakan kepanjangan tangan Noordin yang sempat berperan sebagai pengontrol sel JI di Palembang.
Zuhri merupakan orang yang menyuplai bahan peledak dan senjata ke sel Noordin di Palembang. Beberapa waktu sebelum ditangkap, Zuhri terdeteksi kerap memesan beberapa senjata tajam pisau belati. Belum diketahui maksud dari pemesanan tersebut. Saat Zuhri ditangkap, polisi menemukan delapan belati, sejumlah VCD, dan buku-buku.
Nasir Abas, salah satu mantan anggota JI, dalam suatu perbincangan dengan Kompas mengakui, meskipun di antara sesama anggota JI tidak semuanya menyetujui cara jihad dengan pengeboman, mereka tetap saling melindungi. Hal yang sama juga diakui Abu Dujana—tersangka teroris yang ditangkap pada 2007—dalam suatu wawancara dengan Kompas.
Menurut Dujana, meskipun dirinya tidak menyetujui cara-cara Noordin, pihaknya tetap akan melindungi Noordin jika membutuhkan perlindungan dari kejaran polisi.
”Sesama saudara harus saling melindungi sekalipun masing masing punya cara berjuang yang berbeda-beda. Solidaritas itu tetap akan terjaga kuat,” kata Nasir.
Saat 10 tersangka teroris di Palembang dibekuk pada Juni 2008, salah satunya Abdul Rahman alias Musa (36) mengungkapkan, semua bahan peledak yang dirakit menjadi 22 bom di Palembang merupakan kiriman dari Jawa Tengah. Kiriman tersebut kini diketahui berasal dari Zuhri. Melalui Musa, Zuhri mengontrol dan menyokong sel Noordin di Palembang.
Namun, hingga pemeriksaan kemarin, Zuhri masih enggan mengungkapkan lebih jauh asal bahan-bahan peledak yang disuplainya ke Palembang. (SF)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment