Rezim Zionis Israel mengancam mereka yang berani menjual senjata kepada negara-negara strategis bagi Rusia. Ancaman ini digelontorkan Israel setelah Rusia menjual rudal Cruise kepada Suriah dalam koridor kesepakatan tahun 2007 antara Damaskus-Moskow.
Menurut para pengamat, Israel secara tersirat mengancam Rusia jika berani menjual senjata canggih ke Georgia. Sebelumnya pada Agustus 2008, saat Rusia bertempur dengan Georgia karena masalah Ossetia Selatan. Saat itu, Israel menjual senjata besar-besaran ke Georgia untuk menangkal serangan militer Rusia.
Selain itu, Israel bersama Amerika Serikat (AS) adalah arsitek revolusi damai 2003 di Georgia yang akhirnya berujung pada kemenangan Mikhail Saakashvili yang pro Barat. Menurut para pengamat ancaman Israel terkait penjualan senjata kepada negara-negara strategis bagi Rusia tidak terbatas pada Georgia. Namun mencakup negara bekas Uni Soviet, Eropa timur dan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Rezim Zionis mengklaim penjualan rudal Cruise kepada Suriah akan merusak perimbangan di kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, AS dan Eropa selain mempersenjatai Israel juga membantu rezim ilegal ini membuat senjata nuklir. Israel sendiri sebagai satu-satunya rezim ilegal di kawasan yang memiliki senjata nuklir dan dengan bangga membantai warga Palestina serta senantiasa mengancam negara Islam serta Arab. Ulah Israel ini justru mengancam stabilitas kawasan.
Israel yang menyebut penjualan rudal Cruise Rusia kepada Suriah akan merusak perimbangan kawasan tak menyadari ulahnya sendiri yang menduduki Dataran Golan milik Suriah selama 40 tahun. Tak cukup mengecam, Israel juga mengancam bahwa tindakan Rusia menjual rudal tersebut kepada Suriah akan membuat Moskow kehilangan perannya di kancah internasioal.
Di sisi lain, Israel dan AS tidak pernah memberikan kesempatan kepada Rusia untuk berperan secara independen dalam masalah Palestina. Tak diragukan lagi Rusia terikat janji dengan Suriah soal penjualan rudal Cruise. Dan jika Rusia menuruti kehendak Israel dan membatalkan kontrak penjualan senjata kepada Suriah maka Moskow akan kehilangan kredibilitasnya di tingkat internasional.
Ulah Israel tak terbatas para pembatasan peran Rusia. Dalam masalah Palestina, Israel terus bersikap arogan. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman menekankan pengusiran warga Palestina dari wilayah Palestina pendudukan. Ia juga menegaskan berlanjutnya pembangunan permukiman Zionis dan mengabaikan seruan pihak Palestina. Lantas apa yang diharapkan dari Israel dengan perundingan damai? Rezim ilegal ini juga semakin berani dan kini Rusia pun menjadi sasarannya. (IRIB/MFSL)
Tuesday, September 21, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment