Pages

Sunday, June 28, 2009

Jejak Noordin M Top Terendus

Buron nomor wahid Noordin Moh Top terendus di Cilacap, Jawa Tengah. Anggota Detasemen Khusus 88 Mabes Polri sudah dua minggu berada di kabupaten sekitar gunung Slamet itu. Mereka sekarang sedang mencari seseorang bernama Bahrudin Latif alias Baridin (55), warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah.

Baridin adalah paman ipar Saefudin Zuhri alias ustad Jahuri yang diringkus Ahad (21/06) di Danasri Lor, Nusawungu, Cilacap. Sejak penangkapan Saefudin itu Baridin menghilang.

Densus sempat memburu sampai Yogyakarta karena Baridin juga punya rumah di daerah Kumendaman, Yogyakarta, namun nihil. Karena itu, personel kesatuan elit berlambang kepala burung hantu itu kini kembali menyusur Cilacap sampai Purbalingga.

Tim dipimpin langsung Wakil Kepala Densus 88 Mabes Polri Kombes M. Syafii. Mantan Kapolresta Tangerang itu mengendalikan tiga kelompok pemburu yang dibekali senjata lengkap.


Baridin sehari-hari berprofesi sebagai pengasuh pondok pesantren Al Muaddib, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Pondok pesantren putri itu dikelola oleh keluarga Baridin sejak tiga tahun yang lalu. Baridin dinilai menjadi kunci pokok menuju Noordin Moh Top. Kolega Azhari Husein itu sudah diburu polisi selama tujuh tahun. Pada 29 April 2006, jejak Noordin sempat terendus di Wonosobo.


Empat orang teroris di Wonosobo itu adalah Abdul Hadi alias Bambang alias Bahrudin Saleh. Dia tangan kanan Noordin M Top dan Dr Azhari yang mampu merakit bom dan terlibat pengeboman di berbagai lokasi. Kemudian Jabir alias Mujabir yang terlibat pengeboman di Kedubes Australia. Keduanya tewas dalam penggerebekan.


Selanjutnya Solahudin alias Supri yang terlibat dalam peledakan bom Atrium Senen, dan Muhtafirin yang merupakan kurir kepercayaan Noordin. Dua orang itu yang dipercaya sebagai pintu Densus untuk mencokok Saefudin Zuhri.


Baridin diduga kuat mengetahui jaringan Noordin. Bahkan, dia mempunyai menantu laki-laki misterius yang tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat setempat suami Arina, putrinya itu juga menghilang sejak penangkapan Saefuddin.


Warga sekitar ponpes Al Muaddib menyebut, keluarga Baridin agak ekslusif. Mereka tidak bersosialisasi secara wajar dengan warga sekitar. Jika benar Noordin adalah menantu Baridin, langkah Densus 88 itu akan mengakhiri pelarian warga Malaysia yang pintar merayu pengikut itu.
Noordin memang lihai berkelit. Dia pernah lolos dalam penyergapan Bandung 2003. Saat itu, Noordin sempat lari dari plafon atas rumah kontrakannya. Saat penggerebegan Azahari Husein 9 November 2005 di Malang, Noordin juga tak ada.


Pada Minggu 21 Juni 2009 lalu Densus 88 juga menangkap SZ warga Kecamatan Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah dan dua orang yang diduga warga negara Singapura, Husaini Ismail dan Samad.


Husaini Ismail diketahui sebagai kawan tersangka terorisme, Mas Selamat Kastari, yang ditangkap Kepolisian Malaysia pada 1 April 2009. Kastari adalah salah satu pimpinan Kelompok Jemaah Islamiyah berkebangsaan Singapura. Ia dituding terlibat dalam berbagai kasus teror terhadap sejumlah gedung pemerintah di Singapura pada 2001.


Belum ada konfirmasi resmi dari Mabes Polri soal pengejaran ini. Tapi, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memberi sinyal akan ada tangkapan besar terkait terorisme.


Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Susno Duadji tak ingin media berspekulasi. ”Kalau yang diperiksa mereka (Densus 88), ada laki-laki, ada perempuan,” kata Susno.


Mantan Kapolda Jawa Barat itu meminta masyarakat tak serta-merta mencap orang-orang yang dibawa dan diperiksa Densus 88 sebagai teroris. ”Mereka belum tentu teroris,” tambah dia. Sebelumnya, Susno mengatakan bisa jadi orang-orang yang diperiksa Densus 88 di tempat rahasia adalah saksi atau yang mengetahui di mana keberadaan teroris.


Ditemui di Hotel Mulia, Senayan, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri juga meminta media bersabar. Dia meminta media tidak terlalu banyak mencari tahu soal teroris, untuk mengantisipasi hilangnya jejak komplotan ”Tolong jangan tanya, takutnya nanti buyar. Terorisme dengan kriminal biasa itu beda,” ujarnya.


Jenderal asal Bogor itu menjelaskan, untuk mengatasi kasus teroris, kepolisian juga memiliki strategi khusus. Karakter pidana teroris itu yakni bila ada satu kasus mencuat, maka akan ada aksi susulan untuk menghadapi yang lain. ”Insya Allah doakan akan ada yang spektakuler kita dapatkan. Kami tidak pernah berhenti untuk masalah teror,” ujarnya.

No comments:

Posting Terkini