Pages

Friday, February 27, 2009

Golkar-PKS Merapat

JAKARTA (BP)- Embrio koalisi mulai muncul. Jusuf Kalla yang telah menyatakan berpisah dengan SBY kini mendapat pelabuhan koalisi yang baru. Kemarin calon presiden dari partai beringin itu memenuhi undangan PKS menghadiri diskusi di Kantor DPP PKS di Jakarta Selatan.

Diskusi ”Ke Mana Arah Koalisi Pasca Pemilu” itu tampaknya hanya bungkus dari balik pendekatan koalisi. Kedua pihak pun tanpa ragu-ragu menyatakan hasrat membangun ikatan.

Bagaikan acara pinangan, kedua pihak bertemu dengan berpantun. ”Kalau datang ke Kota Padang, mampir ke Solok untuk membeli beras. Kalau JK datang ke Mampang, maka isyarat sudah jelas,” kata Presiden PKS Tifatul Sembiring menyambut kedatangan Kalla yang disambut tepuk tangan.

Sebagai tamu, Kalla tak mau kalah. Begitu diberi kesempatan bicara, Kalla lantas berbalas pantun. ”Bukan ladang sembarang ladang. Ladang banyak jerami. Bukan datang sembarang datang. Tapi datang mempererat silaturahmi,” katanya lantas diikuti tepuk tangan hadirin.

Ketua umum Partai Golkar itu didampingi pejabat partai berlambang beringin. Mereka, antara lain, anggota Dewan Pembina Golkar Fahmi Idris, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso, dan Burhanuddin Napitupulu.

Kalla duduk bersama Tifatul Sembiring dan anggota Dewan Syura PKS yang juga Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Tifatul mengatakan, figur Kalla sesuai dengan kondisi dunia saat ini. Sekarang dunia sedang didera krisis finansial global. Namun, Kalla dengan tim ekonominya mampu menghadapi krisis dengan cerdas.
PKS, kata Tifatul, sebenarnya juga sudah punya kandidat capres. Yakni, Hidayat Nurwahid. Bahkan, nama tersebut sudah didengungkan sebagai capres dari PKS. ”Tapi, kalau kita kompromi, bisalah,” katanya lantas terkekeh.

Mendapat tawaran seperti itu, Kalla mengatakan, koalisi antara PKS dan Golkar sebenarnya sudah lama terbangun. Dia ingat saat mengajak PKS untuk berkoalisi mendukung pemerintahan. Ketika itu dia melihat PKS memiliki visi membangun bangsa. ”Saya katakan kepada mereka, kalau membangun bangsa, kenapa dari luar. Membangun bangsa lebih baik dari dalam,” katanya.

Akhirnya, kata Kalla, hingga kini PKS dan Golkar mampu terus bersinergi membangun bangsa. ”Meski memang, sebelumnya satu, kita berdebat. Memang begitu, tapi kalau sudah keputusan kita satu lagi,” katanya.

Dia lantas mencontohkan swasembada beras yang sudah terbangun. Dia mengatakan, swasembada beras terwujud karena ada instruksi presiden, kemudian dilakukan oleh menteri pertanian yang didukung oleh anggota dewan dari Partai Golkar.

”Boleh-boleh saja itu diklaim oleh PKS. Saya katakan kepada presiden, semakin banyak yang mengklaim keberhasilan, berarti pemerintah semakin bagus. Itu justru menunjukkan keberhasilan pemerintah saat ini,” katanya.

Kalla menuturkan, sejarah politik kepartaian di Indonesia selalu berulang. Dia mencontohkan sistem kepartaian. Awalnya, sistem multipartai berjalan. Namun, lambat laun sistem itu berubah menjadi hanya tiga partai. ”Kemudian, sekarang kembali lagi menjadi multipartai. Nah, nanti pun bisa jadi kembali hanya beberapa partai,” katanya.

Kata Kalla, dengan sistem multipartai seperti sekarang ini, satu partai tak mungkin mendapatkan suara hingga 50 persen. ”Kalau zaman tiga partai mudah sekali. Kalau sekarang susah. Koalisi saat ini adalah kemutlakan,” katanya.

Mau tidak mau, kata dia, partai harus berkoalisi agar memperoleh persentase suara yang signifikan. Namun, koalisi yang dijalankan tidak semata koalisi. Harus ada kesepakatan prinsip dan tujuan antarpartai yang berkoalisi. Nah, Kalla menilai, PKS dan Golkar secara fundamental memiliki kesamaan satu sama lain.

”Golkar dan PKS memiliki kesepakatan mengenai kesejahteraan. Golkar memahami bahwa kesejahteraan dicapai dengan bekerja dan berkarya. Kalau PKS, ya sudah lengkap itu. Keadilan dan kesejahteraan sudah ada di situ kan. Jadi, sama-samalah kita ini. Secara fundamental sama,” katanya lantas diiringi tepuk tangan hadirin.

Kalla menambahkan, sebagai pengusaha yang berada di pemerintahan dia selalu berlaku profesional. ”Profesional itu kan artinya berurutan. Dulu, saya menjabat menteri perdagangan, tapi enam bulan kemudian dipecat oleh Gus Dur. Kemudian, jadi Menko Kesra, ya sedikit naik pangkat lah. Sekarang jadi Wapres. Saya tidak tahu setelah ini,” katanya.

Dia juga mulai menafikan mitos mengenai presiden harus berasal dari Jawa. Beberapa waktu lalu dia sempat berkunjung ke salah satu kiai di Jatim. Di sana salah seorang kiai marah kepada dirinya. Kiai itu tidak terima tuduhan bahwa orang Jawa hanya memilih presiden dari Jawa.

”Kiai mengatakan, kalau orang Jawa berpikir seperti itu, berarti kami ini (suku Jawa, red) diskriminatif,” katanya.

Isyarat senada diungkapkan Hidayat Nurwahid. Mantan presiden PKS itu mengatakan, polemik yang mengatakan bahwa Partai Golkar dan PKS berbeda secara ideologi sudah bukan zamannya lagi. Karena itu, koalisi dengan Golkar bagi PKS sangat mungkin dijalin.

Namun, Tifatul mengatakan, pertemuan tersebut belum final. Sebab, masih akan ada lagi pembicaraan berikutnya. Apalagi, menurut Tifatul, Golkar belum memutuskan secara definitif siapa capres mereka. ”Hari ini masih ada dua suara di Golkar,” katanya.

PKS sendiri, kata Tifatul, menargetkan dukungan di parlemen sebesar 40 persen. Sebab, itu angka aman bagi stabilitas pemerintahan. Karena itu, koalisi dengan partai lain masih terus dijajaki. Begitu pula dengan capres lain. ”Pekan depan kita mengundang SBY. Pekan depannya lagi Megawati yang kita undang,” katanya.(jpnn)

No comments:

Posting Terkini