Sabtu, 22 Agustus 2009
Kelompok Noordin M. Top Siapkan Sniper
Rencana kunjungan presiden Amerika Serikat Barrack Husein Obama November nanti potensial akan menjadi target serangan kelompok Noordin. Presiden negara adidaya itu akan menghadiri KTT APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) di Singapura dan kemungkinan mampir ke Indonesia.
”Serangan terhadap Obama direncanakan kelompok itu menggunakan teknik sniper,” ujar pengamat terorisme Dyno Cressbon di Jakarta kemarin. Obama yang gemar nasi goreng itu menjadi target karena merupakan pimpinan AS yang dianggap sebagai negara penjajah umat Islam oleh kaum teroris.
Dyno menduga, Noordin sudah menyiapkan calon penembak jitu. ”Kalau senjatanya bisa menggunakan jenis MK-III buatan Rusia. Ini bisa diperoleh melalui jalur Moro atau pasar gelap di kawasan Patani, Thailand” katanya.
Pengamat yang juga menjadi konsultan Densus 88 Mabes Polri itu menambahkan, serangan terhadap Obama dipersiapkan secara matang oleh Noordin. ”Tapi, karena plot yang di Jatiasih terbongkar lebih dulu mungkin saja mereka merubah teknik. Yang jelas, mereka sudah berlatih,” kata Dyno.
Mencari senjata, kata dia, juga hal yang mudah bagi kelompok Noordin. ”Ada mekanisme saling bantu antar mujahidin. Jadi, mereka sudah punya link-link itu,” katanya.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna mengaku belum tahu soal plot serangan terhadap Obama itu. Namun, kata jenderal dua bintang itu, informasi itu akan dikembangkan. ”Itu merupakan informasi darei pengamat. Silahkan saja, itu jadi masukan dan bahan pertimbangan kita,” ujarnya.
Namun, Nanan tidak merinci lebih jauh apa yang dimaksud dengan mengembangkan. Apakah berarti Densus akan berkoordinasi dengan Kedubes AS?- Nanan tidak menjawab tegas. ”Pokoknya masukan diterima, nanti akan diselidiki,” ujar mantan Kapolda Sumatera Utara itu.
Mencari senjata yang bisa digunakan untuk aksi sniper memang gampang-gampang susah. Bagi yang sudah punya ”jalur” khusus akan sangat mudah mendapatkannya. Bahkan di internet, ada situs khusus yang menjual senjata teroris itu melalui pemesanan lewat telepon.
Situs yang beralamat di http://terroristmecorp.blogspot.com itu menyediakan berbagai senjata sniper. Dalam profil webnya mereka menulis ”Kami adalah korporasi yang memerangi Amerika dan Israel dan menghancurkan kaum Zionist.”
Pemesan menurut website itu cukup kontak dua orang yang disebut sebagai agen yakni Dedi P , nomor telepon :+60122359547 dan Zaki S nomor telepon +60166073981. Dilihat dari kodenya, dua nomor itu nomor Malaysia. Tadi malam, JPNN mencoba menghubungi keduanya namun tidak aktif.
Sumber JPNN di lingkungan anti teror TNI menyebut peredaran senjata untuk misi menembak jitu memang masih ada. ”Terutama di wilayah timur Indonesia. Kalau kamu butuh, dua hari pun bisa diusahakan,” katanya.
Senjata itu, kata dia, disuplai dari daerah-daerah bekas konflik seperti Poso atau Papua. ”Di Kupang juga ada, tapi lebih susah mencarinya karena pintu dari Timor Leste sekarang ketat,” kata perwira itu.
Namun, dia meragukan kemampuan kelompok Noordin melakukan serangan dengan teknik menembak jitu. ”Tidak asal bisa menembak balon terus bisa menembak Obama,” katanya.Dari file dan foto-foto yang disita Densus 88 memang teroris berlatih menembak dengan sasaran balon. Selain itu, teroris berlatih dari atas perahu yang bergerak di sekitar Pulau Karimun Jawa.
”Jiwa sniper itu susah dibentuk. Kesabarannya, ketelitiannya, terus kemampuan escape (lolos) dengan cantik dan bisa berbaur dengan masyarakat itu lama,” kata prajurit yang sedang menempuh spesialisasi penembak runduk di sebuah kesatuan itu.
Selain itu jenis senjata MK-III juga sudah tua. ”Pelurunya juga buatan Eropa, sangat susah menyediakan senjata ini tanpa peluru sekaligus. Satu-satunya yang memungkinkan adalah senjata itu rampasan di Afghanistan dulu. Berarti penembaknya mesti pernah ke Afghanistan dan familiar,” katanya.
Tapi, penembak itu mesti memperhitungkan kecepatan dan arah angin. ”Jarak efektif senapan MK III itu cuma 500 meter. Mobilnya anti peluru. Bisa apa Noordin dengan itu,” katanya dengan nada pesimistis.
Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Rizal Darmaputera juga menilai serangan terhadap Obama nyaris tidak mungkin. ”Obama dilindungi sangat ketat oleh Secret Service dan seluruh kekuatan Amerika Serikat. Jarak 1 kilometer sudah pasti steril, “katanya.
Selain itu, kelompok Noordin juga dinilai tak punya sumber daya yang cukup untuk melakukan serangan itu. “Kalau sekedar gertakan mungkin saja. Tapi, untuk direalisasikan itu nyaris tidak mungkin,” ujarnya.
Sementara itu, pesan-pesan yang mengatasnamakan Al Qaeda Asia Tenggara kembali muncul di internet. Sebelumnya, pascapeledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton muncul pernyataan di blog http://mediaislam-bushro.blogspot.com yang menyatakan Noordin M Top bertanggung jawab dalam aksi jihad tersebut.
Kali ini beredar pesan berbahasa Melayu merespons tindakan polisi Indonesia pada 3 Juli 2008. Pernyataan tersebut dikeluarkan Abu Ubaidah, selaku Muhajir dan Mujahid Pattani Darussalam, merangkap Jeneral Awwal Tandzim Al Qaeda Bahagian Asia Tenggara.
Namun pernyataan yang dirilis blog Pattani Darussalam - Khattab Media Publication, tidak tercamtum reaksi terhadap penangkapan sejumlah pelaku teror pascapeledakan dua hotel mewah di Mega Kuningan tersebut.
Pernah di Parpol
Buronan teroris Muhammad Syahrir yang ahli pesawat ternayat pernah aktif di Partai Keadilan (nama lama Partai Keadilan Sejahtera ). Namun, Syahrir sudah tidak aktif lagi sejak PK berganti nama. ”Dulu pernah terlibat. Tiba-tiba hilang, lalu muncul lagi sudah seperti ini,” kata Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri pada JPNN kemarin.
Menurut Minan Sukardi, Kepala Dusun Kampung Melayu, bekas tempat tinggal Syahrir, buron itu bahkan pernah menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Keadilan Kecamatan Teluk Naga. ”Itu sekitar tahun 1998 sampai 2000-an,” kata Minan ketika ditemui di Kampung Melayu, Teluk Naga, Tangerang, kemarin.
Setelah itu, Syahrir memilih keluar dari partai dan lebih tertarik ke kelompok pengajian tertentu. Akhirnya, kata Minan, Syahrir justru membenci partai politik.
Sedangkan Bagus Budi Pranoto, salah satu dari daftar pencarian orang (DPO) Mabes Polri ternyata pernah tinggal dan mengajar di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa karangreja Kecamatan Kutasari. Sejumlah pihak menduga, Bagus Budi Pranoto alias Urwah warga Kudus yang diduga kuat terlibat dalam pengeboman Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott ini kenal dengan Huzamuddin yang juga pernah tinggal di Desa karangreja Kecamatan Kutasari itu
“Memang benar, Bagus Budi Pranoto pernah mengajar di pondok pesantren ini. Tapi hanya setengah tahun. Setelah itu kami tidak tahu menahu kegiatannya. Saya kaget alat melihat dirinya ditetapkan sebagai DPO di televisi,” tutur Pimpinan Ponpes Nurul Huda, Ali Mubarok, Jum’at (21/8).
Ali menjelaskan, Bagus datang untuk mengajar Bahasa Arab di Ponpes tersebut sekitar tahun 1999. Namun, pihak ponpes merasa kurang cocok dengan sikap dan pembawaan bagus yang keras dan bertemperamental tinggi. ”Ia bahkan sering terlibat konflik dengan guru atau pengasuh lainnya. Karena itu kami tidak cocok dan mengeluarkannya secara halus dari Ponpes ini,” tandas Ali.
Saat mengajar di Ponpes itu, Bagus tak menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan atau menunjukkan keterlibatannya dengan jaringan teroris. “Saya kaget etelah melihat wajahnya di televisi. Ternyata itu adalah Bagus yang pernah mengajar di Ponpes kami,” tambahnya.
Setelah mengetahui keterlibatan Bagus dalam jaringan terorisme, pihak Ponpes Nurul Huda memperketat pemantauan terhadap para tamunya. Hal ini ditempuh untuk mengantisipasi infiltrasi jaringan terorisme. ”Kami telah memperketat pemantauan terhadap tamu kami. Ponpes ini murni untuk pendidikan. Kami tidak tahu menahu tentang keterlibatan Bagus,” tandasnya.
Sementara itu, keluarga Huzamudin, salah seorang yang juga ditetapkan sebagai DPO mengaku cukup kaget dengan berita keterlibatan Huzamudin dalam aksi terorisme. Nasiyah, kakak ipar Huzamudin masih mengaku tidak percaya dengan keterlibatan adiknya itu.
”Sehari-hari ia hanya tukang servis elektronik. Kalau di rumah juga mau bertani di sawah. Kami cukup kaget dengan informasi itu,” tutur Nasiyah kepada wartawan.
Ia mengakui, sketsa wajah huzamudin yang dirilis Mabes Polri itu memang benar adik iparnya. Hanya saja, penampilan Huzamudin saat ini agak berbeda dengan penampilan dalam kesehariannya. ”Sehari-hari, adik saya itu tidak menggunakan kacamata. Di sketsa itu menggunakan kacamata. Tapi wajahnya memang wajah Huzamudin,” tambahnya.
Keluarga Huzamuddin di Desa Karangreja merasa cukup terpukul. Apalagi keempat anak-anaknya masih kecil. Bahkan, anak-anak Huzamudin itu merasakan tekanan psikologis sejak adanya penggerebekan. ”Kalau ada mobil di dekat rumah atau bapak-bapak datang, anak-anak Huzamudin merasa takut,” katanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment